ALUMNI MEMBER: Oki Setiana Dewi
Spreading understanding about Islam to an audience of thousands each day is by no means an easy job. But with millions of followers on Twitter, Instagram and Facebook, prominent roles in films, soap operas and talk shows, as well as constantly being in the eye of the media, for 2017 MEP alumna Oki Setiana Dewi, talking about Islam has come to feel as natural as breathing.
Oki is a young Indonesian Muslim actress. Since 2009, she has starred in a number of Islamic themed soap operas, and is most well-known by the Indonesian public for her role in the religious film titled When Love Glorifies God, a performance for which Oki received the 2010 Indonesian Movie Award for Best Actress.
Oki presents on a number of television talk shows, including the morning religious television program Islam Itu Indah (Islam is Beautiful) which is screened live daily to a national audience of over 30 million on TransTV. Not long after returning from the MEP in 2017, Oki invited 2017 Australian MEP delegates to appear as guests on the program and speak about their own experiences in Indonesia.
Through the panel discussion format, Oki is able to discuss a number of issues relevant to the daily lives of viewers, with her main focus being on the lives of Muslim women. Oki also presents on a number of women-focused programs such as Women’s Stories on TransTV, and a similar Malaysian program Oki and the Heroines of the Qur’an (Astro Oasis). Through her various roles, Oki has spent much of her time since 2009 travelling through Indonesia, Singapore, Malaysia and Brunei.
Oki is currently undertaking a Doctorate at the Syarif Hidayatullah State Islamic University, Jakarta and holds a Bachelor of Dutch Literature from the University of Indonesia. In addition to her studies and numerous roles on screen, Oki has written five popular Islamic books including Hijab I’m in Love (Mizan, 2013), Light Upon Light (Mizan, 2012), A Million Rainbows (Mizan 2012), and Painting a Rainbow (Mizan, 2011). To complete her profile as a religious activist, in 2016 Oki established a social foundation, Maskanul Huffadz (@maskanulhuffadz), which offers free, residential study of the Qur’an. She is also a young entrepreneur and owner of a souvenir business based in Surabaya, @surabayapatata, a daily Muslim women’s wear brand @OSD @osdmalaysia, and a Muslim bridal wear company @okisetianadewibridal.
Oki’s experience on the MEP was an empowering one, which gave her a new perspective on the way she shares her understanding of Islam. She described her MEP experience in Australia as strengthening her understanding of the diversity of the global Muslim community, and how people are able to explain Islam in such a diverse context.
“Australians don’t just come from different cultures and religions, but even Australian Muslims themselves are incredibly diverse,” she explained. According to Oki, she found that this diversity actually “made us feel like we were able to have a strong Islamic core, based on our faith, while still valuing diversity.”
It was this experience that led Oki to focus her doctoral research on Multicultural Education based on the Qur’an. She was inspired by the multicultural education offered at Al Siraat College, a school that she visited with during the MEP program in Victoria.
Melakukan dakwah Islam akan lebih mudah jika anda menjadi seorang selebriti. Dengan ribuan bahkan jutaan follower di Akun Twitter, Instagram ataupun Facebook, dan melalui berbagai peran di film, sinetron, dan talkshows, di samping terus menjadi sorotan publik di berbagai media, sang dai dengan mudahnya menyampaikan pesan ke Islaman ke ribuan audiens. Tapi tidak semua orang dapat melakukan kerja berat dan penting ini. Dan tugas ini, bagi Oki Setiana Dewi, sudah menjadi nafas dalam kehidupannya sehari-hari.
Alumni MEP tahun 2017 ini adalah seroang aktris muda Muslim Indonesia. Publik di Indonesia mengenalnya melalui peran yang ia mainkan di film religi berjudul Ketika Cinta Bertasbih. Melalui film itu, ia mendapat penghargaan sebagai aktris terbaik dari Indonesian Movie Awards 2010. Sejak tahun 2009, ia juga telah membintangi berbagai judul sinetron bernafaskan Islam.
Presenter dan pembicara acara ke-Islaman ini juga telah membintangi berbagai judul talkshow televisi seperti acara ceramah pagi “Islam Itu Indah” di Trans TV yang tayang setiap hari secara live. Melalui program-program yang mengambil format panel ini, Oki mendiskusikan beragai isu yang dihadapi masyarakat sehari-hari. Namun dari sekian isu tersebut, ia menaruh perhatian yang besar terhadap isu Muslimah. Misalnya, ia membintangi acara talkshow “Cerita Perempuan” yang ditayangkan secara langsung di Trans TV dan program TV yang serupa di Malaysia, “Oki dan Srikandi Al Quran” (Astro Oasis). Berbagai peran ini mengantarkannya untuk mengelilingi nusantara serta Singapore, Malaysia, dan Brunei sejak 2009.
Peraih gelar sarjana di bidang Sastra Belanda dari Universitas Indonesia (2012) ini adalah aktivis dakwah yang komplit. Tidak hanya bergerak di dakwah lisan, ia juga aktif melalui dakwah tulisan dan aksi. Setidaknya ia telah menulis 5 buku bertemakan Islam popular, seperti Hijab I’m in Love (Mizan, 2013), Cahaya di atas Cahaya (Mizan, 2012), Sejuta Pelangi (Mizan 2012), dan Melukis Pelangi (Mizan, 2011). Dakwah melalui aksi ia lakukan melalui penggalangan solidaritas umat. Misalnya, Ia menjadi duta mewakili Indonesia mengkampanyekan pembangunan masjid di Sevilla, Spanyol dan mendirikan sebuah yayasan sosial ‘ rumah quran gratis, Maskanul Huffadz (@maskanulhuffadz) semenjak tahun 2016. Ia juga seorang enterprenuer muda dan pemilik dari usaha oleh-oleh Surabaya, @surabayapatata, serta memiliki brand baju muslim daily to wear @OSD @osdmalaysia dan baju pengantin muslim @okisetianadewibridal.
Pengalamannya mengikuti MEP memperkaya dan memberikan perspektif baru di dunia dakwah yang digelutinya. Menurut mahasiswi Doktor di Universtas Islam Negeri Syarif Hidayatullah dan di Perguruan Tinggi Ilmu Al Quran (PTIQ) Jakarta ini, pengalaman MEP di Australia memperkuat wawasannya mengenai keragaman umat Islam dan dakwah Islam di tengah keberagaman tersebut.
“Bukan hanya berbagai budaya dan agama, bahkan Muslim di Australia terdiri dari banyak warna,” imbuhnya. Keragaman ini, menurutnya, justru dapat “membuat kita…memiliki pondasi keislaman yang kuat sesuai yang kita yakini namun tetap menghargai perbedaan.”
Menurutnya, pengalaman ini mengantarkannya untuk meneliti Pendidikan Multikultural menurut Al Quran. Ia terinspirasi dengan pendidikan Multikultural di sekolah Al Siraat College yang ia kunjungi ketika mengikuti program MEP di Victoria. Bahkan, menurutnya, penelitian mengenai multi-budaya ini memudahkannya untuk mendapat beasiswa pertukaran pelajar ke negara lain. Tak lama setelah mengikuti MEP, Oki terpilih dalam program pertukaran pelajar ke Jerman (Study Trip 2017) untuk bertemu dengan para tokoh dan terlibat dalam berbagai diskusi lintas agama.